Senin, 23 Maret 2015

Where There's A Will, There's A Way

LAMPION 15 Mar 2015
Oleh dr. Susilo



“Adapun yang memberikan dan bertakwa dan membenarkan kebaikan maka akan Kami mudahkan kepadanya jalan kemudahan.. ”(QS. Al-Lail :5-7)

Moderator: Untuk permulaan dok, setelah lulus menjadi dokter, dokter memulai karir dimana? 

Dokter : Sebelumnya saya mau berpesan, Kakakmu ini tidaklah lebih baik dari Adek - adek. Saya Hanya menang dilahirkan di dunia lebih dahulu saja. Baik begini ceritanya, Saya menikah ketika koas. Ketika itu Saya diberi modal 120ribu oleh Ayahanda, modal segitu untuk hidup saya dan istri juga.

Dahulu belum ada intership seperti sekarang jadi begitu lulus dari UGM, saya langsung mendaftar PTT di Lampung. Waiting list PTT ini sampai 9 bulan. Jadi saya bergerilya di Bandung, menjemput rizki Allah di 3 klinik sekaligus. Ada hal yang lucu waktu itu, kami masih tinggal di PMI (read: Pondok Mertua Indah). Sama sekali tidak ada modal, kendaraan pun kami tidak ada. Waktu itu saya nemu sepeda lusuh di gudang. Alhamdulillah walaupun saya tidak bisa membengkel, sepeda itu bisa dirakit dan digunakan juga. Saya selalu berangkat ke klinik sepagi mungkin, soalnya kenapa? Malu sama pasien, dokter kan biasanya mentereng bawa mobil atau minimal roda dua lha. Lha ini bawa sepeda, jadi kalau sampai udah ada pasien di klinik terpaksa saya palkir sepeda di Masjid dan saya kesana jalan kaki. Masya Allah

Moderator : Kenapa mau PTT di lampung? (kepo nih)

Dokter : Simpel waktu itu Jawa masih penuh dan kalau mau nunggu waiting listnya sampai 3 tahun, lemes kan. Jadi mending saya PTT diluar jawa tapi masih deket.

Moderator : Selanjutnya bagaimana Dok? bertahan sampai akhirnya bisa PTT d Lampung? 

Dokter : Sangat indah, hidup bersama keluarga kecil yg mandiri, meski bernaung di rumah mini. Alhamdulillah Allah mencukupkan. Sampe tugas negara tiba.

Moderator : Selanjutnya lanjut sekolah lagi, apa alasannya Dok? Bagaimana ceritanya? 

Dokter : Sebelum menjawab itu, saya mau bercerita lagi semoga bisa diambil ya hikmahnya. PTT mestinya 3 thn, tapi 1 tahun PTT saya ikut seleksi CPNS di Kota Metro Lampung. Alhamdulillah lulus dan masuk 3 besar dari 7 yang diterima. Tapi, terjadi pendzaliman sehingga kami berempat digagalkan jadi CPNS.

Sejak itu saya punya target untuk PNSnya di Jawa saja. Alhamdulillah tahun berikutnya 2004 saya lulus rekruitmen PNS di Purwakarta, tempat saya mengabdi sekarang. Sebenernya keinginan ambil spesialisasi sudah saya kubur dalam - dalam karena selama 9 tahun di puskesmas sebagai struktural manajerial puskesmas dan Dinkes. Jadi awalnya saya planing ambil magister sesuai pekerjaan awal saya. Jalan yang Allah hamparkan sangat cantik. Setelah saya dipanggil Allah mengunjungi Baitullah dengan jalan TKHI 2009, tawaran datang dari Pemda untuk spesialis interna, Sp.JP atau Pulmo dengan anggaran sekian ratus juta. Setelah diskusi dengan mantan pacar (read: Istri) dan Shalat istikhoroh, saya putuskan ambil IPD sesuai doa saya saat masih koas.

Masalahnya Kata Teman sejawat dari Unpad, peluang saya kecil karena selain bukan almamater Unpad, saya juga tidak punya channel. Dengan Bismillah saja, ternyata modal dengkul kalo berusaha jujur kok manjur. Alhamdulillah, Allah kasihan sama saya, saya diterima. Belum selesai ternyata Allah pengen nunjukin rasa cintaNya. Satu semester setelah saya diterima ternyata anggaran untuk sekolah spesialis dialihkan untuk menggaji dokter spesialis PTT anak dan obgyn yang baru. Masya Allah mana modal sudah kesedot untuk rehab rumah, menghidupi hak istri dan 3 orang anak. Yaa Robb, Sekolah bukan untuk kebanggaan pribadi, tapi Jalan Jihad yang di dalamnya digantungkan nasib istri dan 3 orang Anak. Saya kembalikan amanah ini kepada Istri dan 3 orang Anak. Saya tak rela jika sekolah justru jadi jalan derita keluarga. SubhanaAllah, “kami siap menahan keinginan, insyaAllah kami sabar” jawab istri. Dan jawaban yang sungguh menguatkan langkah dan meneguhkan hati adalah jawaban anak saya, seorang anak berusia 3 tahun “Neng pengen jadi Doktel Penyakit Dalam kayak Papa”

Sekali lagi, saya ditunjukkan Allah jalan yang sangatlah indah. Alhamdulillah, semester berikutnya Allah mengganti dengan Beasiswa Kemenkes yg nominalnya lebih besar. Waktu itu posisi saya ibarat ikan yg sekarat di bawah teriknya matahari kemudian turun hujan yang menbawanya ke samudra. Allah tidak selalu memberi apa yang kita inginkan, tapi Dia mencukupkan apa yang kita butuhkan. Yaa Robb, Engkau tahu bingittss....I Lop Yu...

" Maka nikmat tuhanmu manakah yang engkau dustakan?" (Qs: Ar-rahman)

Ibroh:

Sebuah perahu dibuat untuk berlayar di lautan, bukan hanya berlabuh diam di dermaga. 

Demikian juga manusia, ia tercipta untuk mengarungi kehidupan dan bukan berdiam untuk menunggu berakhirnya kehidupan. 

Di dalam mengarungi kehidupan, akan banyak ombak mungkin badai menerjang, tetapi itulah seni dari kehidupan. 

Teruslah kembangkan layar, nikmati perjalanan hingga sampai ke tujuan. 

Jangan takut jatuh, karam, salah arah, karena setiap kesalahan yang pernah dilakukan adalah bagian dari proses pembentukan kepribadian.

Jangan menyesali kesalahan, tetapi jadikan itu sebuah pelajaran. 

Mendung bukan utk membuat kegelapan, tetapi utk memberi kabar gembira akan sejuknya air hujan yg akan turun. 

Luka bukan hanya semata untuk membuat kita tersiksa, tetapi agar kita tersadar, bahwa kita hanyalah "manusia biasa". 

Genggamlah “KEYAKINAN”, jangan pernah dlepaskan.. 

Indahnya kehidupan bukan terletak dari banyaknya kesenangan, tetapi pada banyaknya rasa 'syukur' yang kita rasakan

Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa bahwa HIDUP adalah sebuah KEKAYAAN...

Ketika aku takut MEMBERI, aku lupa bahwa semua yg aku miliki adalah PEMBERIAN...

Ketika aku takut RUGI, aku lupa bahwa hidupku adalah KEBERUNTUNGAN. 

Ternyata hidup ini sangat indah, jika kita tahu dan selalu bersyukur dgn apa yg sudah ada..

Dgn 'bersyukur', makan KEBAHAGIAAN MENJADI MILIK KITA SEUTUHNYA ...💖☺

Jika kamu sudah membaca ini, artinya in sha allah sudah ada ilmu yang sudah kamu dapat. Bagikanlah nikmat ilmu ini ke orang lain, sebagai sedekah dan wujud dakwah secara sederhana.

Editor: bunga

0 komentar:

Posting Komentar